assalamu'alaikum, wr.wb

ahlan wasahlan, ikhwah wa akhwatifillah... alhamdulillah DEPARTEMEN INFOKOM KSI-UA telah meluncurkan blognya. mudah-mudahan ini menjadi salah satu media dakwah kita dan semoga allah meridhai segala bentuk niat baik kita dijalan dakwah ini.amiiiinnnnn.....

Kamis, 06 Mei 2010

REFLEKSI-TATSQIF EDISI 2

wow...jadi aktivis...
oleh: rigo setiawan

Assalamu’alaikum mitra muda,apa kabar?
Semoga baik-baik saje dan punya semangat baru,ide-ide yang smart, Insyaa Allah,,.
Ini untuk kita semua, yang mana kita telah usai perekruitmen dan pemilihan pengurus yang baru. Khususnya di organisasi kita yaitu di UKM KSI Ulul Albab. Ini semua kegiatan kita sebagai kader dakwah karena kerja mahasiswa tidak hanya kuliah..kuliah saja.Seperti kita tahu, kata mahasiswa hampir identik dengan aktivis atau pergerakan. Nggak percaya? Sebut sahaja pada tahun-tahun kebelakangan ini yaitu tahun 1945 kemerdekaan selain diikuti orang-orang tua juga diikuti oleh para pelajar dan mahasiswa ya nggak,,he..
Walaupun disadari bahwa aktif berorganisasi itu sebenarnya sulit “ Butuh perjuangan dan pengorbanan“, ehm,,,benar juga yach!...
Aktivis. Mungkin kata ini terasa terngiang di telinga kite kala mengingatnya. Apalagi kalo ingat peristiwa yang terkait dengan kegiatan-kegiatan. Ops..,jangan dipikirkan sohib aktivis, but dijalani..
Kalau kita lihat dari arti kata arti, aktivis adalah orang yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan suatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya (www.goole.com).

Berarti orang itu adalah orang yang mengurusi semua hal yag terkait dengan kegiatan yang sifatnya organisasi. Dan tentu, untuk mengatur itu semua bukan hanya kemampuan otak belaka seutuhnya tapi juga dengan kemampuan emosi. Kemampuan emosi sangat penting dalam segala hal karena itu membimbing kesuksesan kita juga. Andaikan kalo emosi diutamakan dalam tindak tanduk kita, wah ape nak jadi?????so pasti…..berantaka.
Tapi dalam berorganisasi banyak kekhawatiran seperti yang dikatakan oleh banyak mahasiswa yang juga tidak bisa disalahkan, memang kalau terlalu aktif di
organisasi terkadang berkorelasi negatif dengan kuliahan kita. Sebagian besar permasalahannya terletak pada pembagian waktu. Kita sebagai aktivis tekadang mudah larut dalam aktivitasnya, sehingge akan lupe tujuan utama kita ke padang ini.
Untuk solusinya untuk para aktivis adalah pengaturan waktu.Bagaimana pun juge yang namanya waktu tidak akan bisa berbalik atw mundur walaupun selangkah, kecuali kita yang memutarnya. untuk itu seorang aktivis harus menyadari dan mempersiapkan kerjanya dengan baik. Aturlah rencana kegiatan sesuai kemampuan antum karena dengan begitu you all sudah mandiri. Untuk itu , marilah berlomba-lomba dalam kebaikan bisa kita latih dan mulai saat ini. So,,gimana masih mau jadi aktivis khan?!

REFLEKSI-TATSQIF EDISI 1

“SUKSES DALAM MEMBERANTAS DILEMA KAMPUS”
oleh: OLIA ANDIKA



Kuliah atau organisasi??? dua hal itu memang sering muncul dalam pikiran mahasiswa. bahkan, untuk memilih satu diantara dua pilihan itu sangat membuat dilematik yang dapat mengganggu konsentrasi mahasiswa dalam beraktifitas. untuk itu perlu ketangkasan mahasiswa itu sendiri untuk memutuskan pilihan agar tidak menyesal nantinya. pilihan yang seperti apa, itu tergantung pola pikir mahasiswa memandang dari masing-masing pihak. apakah akan menjadi kupu-kupu(kuliah pulang) atau kura-kura(kuliah rapat) atau bisa saja sukses menjadi kombinasi antara kupu-kupu dan kura-kura. Sepeti katak, yang sukses hidup didarat dan sukses hidup diair. pada dasarnya, istilah ini muncul dikarnakan adanya paradigma-paradigma yang tidak punya landasan, sehingga sering merusak image pada masing-masing istilah tersebut.



Untuk istilah kura-kura atau mahasiswa yang aktif berorganisasi, memang beberapa mahasiswa memandang bahwa organisasi hanyalah media untuk berkumpul-kumpul dan mengisi waktu saja, bahkan tidak sedikit yang memandang organisasi sebagai sesuatu yang negatif yang dapat menyebabkan gagalnya kuliah. Pandangan ini muncul karena mereka melihat banyak aktivis kampus (mahasiswa yang aktif berorganisasi) seringkali gagal dalam kuliah. yah, ini dapat kita lihat dari ‘mahasiswa abadi’ yang seringkali banyak beredar di seputar unit kegiatan mahasiswa (UKM) daripada di ruang kuliah atau pustaka. Namun, kita tidak bisa menutup mata bahwa tidak sedikit mahasiswa yang hanya kuliah tok (campus only), juga gagal dalam perkuliahan. jadi mana yang lebih baik? untuk menjawab pertanyaan ini, kita tidak dapat langsung menjawab yang pertama sedikit lebih baik. tentu, yang paling baik sukses keduanya, sukses studi dan sukses organisasi.
Namun apakah organisasi sebegitu penting? Kenapa pertanyaan itu muncul, karna pada awalnya tujuan mahasiswa adalah kuliah dan segera menyelesaikan kuliahnya tanpa ada hambatan sedikitpun. Tapi kita harus tahu latar belakang mengapa pentingnya organisasi didalam kehidupan kampus ini, sebelum kita men-jugde keburukan sesuatu. Sebenarnya logika penerapan ini sederhana saja, pendidikan harus diberikan secara teori dan pengalaman dalam hal ilmu sains, teknik, seni, budaya, dan sosial. Tujuannya adalah keseimbangan dan paralel antara teori dan praktek di lapangan. Perlu kita ingat bahwa lapangan tidak selalu berarti dunia kerja, tetapi juga masyarakat tempat mahasiswa akan terjun nantinya. Dalam masyarakatlah praktek dari teori yang kita dapatkan dalam kuliah itu kita aplikasikan secara real. Oleh karena itu, media coba-coba sebenarnya adalah dalam organisasi yang efek positifnya dapat kita rasakan ketika kita berhadapan langsung dengan permasalahn masyarakat maka kita tidak akan canggung dan mati kutu.

Menyangkut jiwa kepemimpinan, dalam Islam, kepemimpinan itu biasa dikenal dengan istilah imarah, riasah, atau qiyadah. Islam telah melekatkan persoalan kepemimpinan ini atas diri umatnya sedemikian rupa. Sehingga pada setiap umat itu nantinya akan ditanyai mengenai kepemimpinannyaa. Selanjutnya Sabda nabi Muhammad SAW “Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun di bumi ini, tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir”. Dalam kehidupan sehari-hari implementasinya adalah sholat berjamaah yang lebih diutamakan dari pada sholat sendiri.
Jadi kalau kita sudah mengetahui peran penting pendidikan dalam organisasi, apakah kegiatan berorganisasi juga bermanfaat terhadap perkembangan akademik? Sepeti istilah yang dulu akrab di telinga kita “ah teori’, maksudnya mahasiswa yang aktif kuliah tanpa berorganisasi kurang lebih menjadi mahasiswa yang hanya mahir di teori tapi nol pada prakteknya. Pada dasarnya seperti disebutkan di atas organisasi merupakan realisasi atau penerapan (application) dari yang dipelajari di bangku kuliah kemudian diperagakan secara langsung di lapangan. Bukankah pemahaman terhadap sebuah teori akan lebih baik setelah dipraktekkan? Jadi kita akan lebih mantap dalam memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah kita peroleh. Kita akan mendapatkan banyak pengalaman bagaimana cara bersosialisasi dan bermasyarakat yang baik. Kita juga akan memperoleh pengalaman berurusan dengan birokrasi dan berkomunikasi secara efektif dengan petinggi/pejabat/atasan atau kalangan bawah. Serta kita dapat mengenali watak dan karakter. Tentu saja pelajaran itu hanya dapat kita peroleh jika kita berorganisasi. Seperti itulah keuntungan diantara keduanya yaitu saling mengisi dan melengkapi.
Anda akan sangat rugi jika hanya menjadi seorang mahasiswa yang study-oriented, atau tidak lebih baik kalau menjadi aktivis gadungan atau malah kebablasan jika menjadi aktivis murni. Jadilah aktivis sejati yang memang mampu menjaga harmoni antara organisasi dan kuliah. Namun apapun yang menjadi keputusan mahasiswa adalah keputusan yang terbaik untuk mahasiswa itu sendiri. Akan tetapi ada satu hal yang perlu diingat. Kita yang saat ini bersetatus sebagai mahasiswa haruslah pandai-pandai menyeimbangkan antara berorganisasi dan study. Jangan sampai kita berat sebelah. Tapi hendaknya kita harus sukses kedua-duanya, ”sukses kuliah dan sukses organisasi”